Senin, 29 April 2013

Salah kok diluruskan.... pie toh...

Sekian detik yang lalu seorang teman curhat ke saya, dia disuruh tanda tangan oleh atasannya dilembar penerimaan dana yang mana dana yang dia terima itu lebih kecil dari yang seharusnya dia terima. Dan dengan rasa yang kurang berkenan, teman saya tidak tanda tangan, yang pada akhirnya petugas itulah memalsukan tanda tangan teman saya tersebut. Alamaaaaaaakkkkkk. Hari gini masih berkutat dengan hal-hal yang begonoan. Akhirat sudah dekat kawaaaaaaaaaannn.... hehhee.

Kenapa yah, masih ada orang-orang yang berbuat sedemikian buruknya hanya untuk sebuah kata DUIT alias UANG. Tak terpikirkah mereka bahwa dosa yang mereka tanggung itu lebih besar dari pada nilai uang yang diterimanya. Dan lagi uangnya pun tak akan berkah untuk keluarga mereka. Tak terpikirkah bahwa orang yang seharusnya menerima haknya, keluarganya juga membutuhkannya? Kita sama sama butuh mbak bro... hehhehe

Dan ironisnya lagi di negara kita tercinta seakan hal-hal yang demikian sudah dianggap sebagai hal biasa. Sehingga sebagian besar orang mau dan dengan entengnya turut serta tanda tangan alias menyetujuinya, walaupun hal itu salah. Lalu bagaimana dengan yang tidak setuju dengan hal ini. Yang menginginkan bahwa yang salah harus harus disalahkan, bukan yang salah malah diluruskan.... (hayo loh... bingung gak tuh). Betapa tersiksanya main hati itu kawan... hehehe. Mau melawan dikira neko-neko, mau diem dihati tak nyaman. Apalagi kalo wanita.... (nangis dong).

Sepertinya perlu ditambahkan kurikulum REFORMASI MENTAL di negara kita yah.

Minggu, 28 April 2013

Kaya tak jamin BAHAGIA

Terus apa dong? (silahkan bertanya saja pada rumput yang bergoyang... hehhee)
Beberapa hari yang lalu bertemu dengan sodara yang ekonominya secara lahiriah sudah wah bagi kami semua. Tak sadar disela pembicaraan terucap sebuah keluhan yang mengguncang batin saya yang mendalam. (cie cie cie..... lebay). Dia berkata "Mbak, jadi orang kaya itu gak enak yah". Nah loooooooooooo.... dari mana coba, mau kemana-mana ada dananya, mau makan apa aja bisa.... terus apa dong. Yah, itulah manusia dikasi gak dikasi sama Alloh pasti ada saja keluhan yang keluar. 

Namun, jika kita renungkan ada benarnya juga sih apa yang dikatakan sodara tersebut. Kita perhatian para konglomerat yang rumahnya mewah dan serba ada, namun yang menikmati rumah besarnya juga para "aspri-aspri"nya yang notabene setiap hari menjaga rumah mereka. Para orang kaya itu tidur juga dalam 1 malam hanya menggunakan 1 ranjang yang tak lebih dari 80 cm x 2 m meski kamar tidur mereka ada 6 misalnya. Tidak mungkin mereka dalam semalem 2 jam tidur di kamar 1, 2 jam pindah ke kamar 2, dst. (cape deeeeehhhhh). Belum lagi dengan masalah-masalah yang membelenggu mereka, tentu mereka akan selalu berkutit dengan hal-hal duniawi yang rasanya tiada henti. 

Tapi, sejatinya pula kaya itu enak juga loh jika fungsi kekayaannya dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan menghasilkan pahala. Seperti : bersedekah atau membiayai kaum dhuafa yang memerlukan modal untuk usaha. Tentu dengan jalan ini harta yang mereka miliki akan lebih berkah dan pahalanya tak terputus sampai akhirat nanti. Dan ini adalah sebaik-baik bekal bagi mereka.

Dan tentunya kita patut ingat bahwa Alloh menyukai muslim yang kaya dari pada yang miskin. Karena dengan kekayaan itulah jalan untuk ibadah terbuka lebar. Secara... umrah dan haji juga tidak gratis.


Satu Periswita terSirat Makna

Yah, itulah kehidupan. Tak ada yang sia-sia dalam setiap detik apa yang digariskanNya. Setiap jengkal langkah kita adalah hikmah buat kehidupan kita selanjutnya. Tak satupun yang kita alami di dunia ini lepas dari ilmu baru yang layaknya kita jadikan acuan untuk kebaikan langkah ke depan. 

Banyak sekali kesalahan yang kita lakukan yang sedetik kemudian menyadarkan dan membuat kita berhati-hati dalam menentukan pilihan. Hal inilah yang membuat kita tersadar bahwa sebaik-baik guru kehidupan adalah menjalani kehidupan secara nyata dan sadar sepenuhnya. Sadar sepenuhnya bahwa kehidupan tak selamanya sesuai harapan dan keinginan. Ada kejadian-kejadian yang sebenarnya kita salahkan namun sejatinya itu adalah ilmu baru yang menempa kuatnya kita sebagai umat yang beriman.

Sekecil apapun kejadian, bagi orang yang beriman itu adalah suatu pelajaran. Pelajaran tentang kehidupan yang mana ilmu tersebut akan terus melekat dalam hati, karena terjadi pada diri sendiri dan diselesaikan dengan cara yang ilmu yang ada pada diri sendiri. Ibarat seorang Ibu yang sedang memasak, itulah kehidupan. Saat praktek memasak pertama kali ada bumbu yang kurang atau yang lebih, maka pada praktek selanjutnya akan mengurangi ataupun menambahkannya sehingga hasilnya pun menjadi pas dan mantap rasanya. Pun demikian dengan kehidupan, layaknya kita belajar dan belajar dari periswita-peristiwa yang sebelumnya, sehingga kehidupan lebih seimbang dan pas semuanya.

Rabu, 17 April 2013

Ya Sudahlah

Ya sudahlah.... satu kalimat yang pas ketika kita sudah mentog dengan problema yang kita hadapai. Sebagai ujung atas semua kemampuan manusia ketika semua harus diserahkan kepadaNya. 


Manusia dan semua masalahnya adalah anugerah yang terkadang dibuat susah oleh pikiran dan tindakan kita. Semua karena arah yang belum kita temukan titik temunya. Kejernihan pikiran dan kejujuran untuk bersikap atas semua masalah terkadang jarang kita lakukan. Emosi yang terkadang kita kedepankan.  Ibarat air yang sudah keruh jikalau kita tempatkan pada gelas yang bercorak gelap, maka tak terlihat dimana titik kotornya. Namun jika kita letakkan di gelas yang bening, maka kan terlihat dimana titik kotornya.

Semakin biasa kita menganggap masalah, semakin cepat kita temukan solusinya. Karena pada dasarnya  memang masalah itu akan tetap ada dan tetap didepan mata. Maka harus dibiasakan untuk menghadapinya. Jangan jadikan dia sebagai suatu yang luar biasa yang pada akhirnya kita juga yang rugi karenanya. 

Berpikirlah sebatas yang kita bisa, selebihnya biarlah Alloh SWT yang meluruskannya.